-->
Bagas Karyadi

Saksi Yehuwa Ajaran Sesat, Inilah 2 Kekeliruan Ajaran Mereka!


Shalom Saudaraku, tulisan ini adalah sambungan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Awas Ajaran Sesat! Inilah 2 Bidat Kristen Terbesar di Indonesia. Pada tulisan kali ini saya mau menjelaskan bagaimana ajaran Saksi Yehuwa bisa dikatakan sesat.

Saksi Yehuwa sendiri sudah menyebar di Indonesia sejak tahun 1930. Pengajaran Saksi Yehuwa pernah secara resmi dilarang di Indonesia melalui Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor 129 Tahun 1976. Namun, SK tersebut dicabut kembali pada 1 Juni 2001. Namun demikian, sejak 19 Juli 1996 mereka sudah mendirikan kantor-kantor operasional hampir di seluruh Indonesia.

Saksi Yehuwa adalah suatu denominasi Kristen yang didirikan oleh Charles Taze Russel dan Joseph Franklin Rutherford. Saksi Yehuwa sendiri tidak mengakui bahwa mereka adalah suatu sekte. Hal ini dikarenakan mereka tidak pernah memisahkan diri dari gereja atau kelompok besar manapun. Wewenang tertinggi kehidupan mereka selalu didasarkan pada hukum-hukum dan prinsip-prinsip dari Alkitab.

Hal yang menjadi permasalahan adalah mereka memang berpedoman pada dasar yang benar, tetapi interpretasi merekalah yang membuat mereka keliru.

Kekeliruan tersebut diakibatkan oleh kesalahan metode dalam hermeneutik yang telah mereka lakukan. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan metode hermeneutik yang telah mereka lakukan, terutama dalam kristologi.

#1. Saksi Yehuwa menolak dengan tegas konsep Allah Tritunggal.

Alasan penolakan tersebut adalah mereka tidak berhasil menemukan dengan jelas dari semua kitab-kitab yang berada dalam Alkitab mengenai konsep Allah Tritunggal. Kegagalan mereka menemukan konsep Allah Tritunggal didukung mengenai fakta bahwa istilah Allah Tritunggal tidak pernah dikenali selama beberapa abad setelah Alkitab terkanonisasi.

Kekeliruan pemahaman tersebut terjadi karena mereka tidak memahami bahwa metode hermeneutik semakin berkembang dari zaman ke zaman. Mereka tidak memahami bahwa keseluruhan isi Alkitab bukan merupakan gumpalan konsep-konsep yang sudah terbentuk dan terpisah-pisah.

Mereka seharusnya memahami bahwa suatu konsep atau doktrin terbentuk dari hasil analisis keseluruhan teks Alkitab. Metode survey Alkitab yang memang memakan waktu yang cukup lama dapat diandalkan untuk menjawab kegagalan mereka dalam menemukan konsep Allah Tritunggal di Alkitab.

#2. Saksi Yehuwa menempatkan Yesus dalam posisi yang sangat terhormat sebagai pribadi yang menjalankan fungsi penebusan dan menyediakan hidup yang kekal. Namun, mereka menganggap Yesus bukan sebagai Allah, melainkan sebagai ciptaan yang paling pertama diciptakan oleh Allah.

Salah satu ayat yang sangat mendukung interpretasi mereka adalah Kolose 1:15-16. Pada ayat tersebut tertulis  “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.”

Mereka menginterpretasikan Yesus sebagai yang sulung dan yang paling utama dari segala ciptaan. Hal ini membuat mereka menganggap Yesus sebagai ciptaan yang pertama.

Selain itu, mereka juga menginterpretasikan bahwa oleh karena Yesus adalah ciptaan pertama, maka Yesus pun berkuasa untuk menciptakan segala sesuatu.

Jika kita menelusuri interpretasi mereka, kekeliruan fatal mereka terletak pada metode hermeneutik di ayat 15. Mereka hanya melakukan penerjemahan kata “sulung” dan tidak melakukan studi kata-kata secara menyeluruh terhadap kata tersebut.

Jika mereka melakukan referensi silang dengan Roma 8:29, mereka pasti akan menemukan makna yang berbeda dari kata “sulung”. Roma 8:29 berbunyi demikian, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Konteks kata “sulung” pada Roma 8:29 menekankan bahwa kesulungan Yesus adalah sebuah akibat dari adanya orang-orang yang serupa dengan gambaran Yesus yang telah dipilih dan ditentukan sebelumnya oleh Allah Bapa.

Dengan demikian, kata “sulung” pada Roma 8:29 bukan menekankan sebuah urutan tertinggi dalam proses penciptaan, melainkan menekankan sebuah urutan tertinggi dalam kualitas gambaran yang dikehendaki Allah Bapa.

Jadi, jika kita mengambil makna kata “sulung” sebagai urutan tertinggi dalam kualitas gambaran yang dikehendaki Allah Bapa, maka kata “sulung” dalam Kolose 1:15-16 menekankan bahwa Yesus adalah urutan tertinggi dalam kualitas gambaran di antara semua ciptaan.

Komparasi Yesus dengan orang-orang pilihan di dalam Roma 8:29 dan komparasi Yesus dengan semua ciptaan di dalam Kolose 1:15-16 seharusnya tidak dapat ditafsirkan bahwa Yesus termasuk dalam salah satu ciptaan Allah karena dasar-dasar untuk mendukung hasil tafsiran tersebut jelas tidak sah.

Ayat berikutnya yang mendukung interpretasi mereka yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah ciptaan adalah Amsal 8:22-31, yang berbunyi, “TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.”

Pada ayat paling awal dari perikop tersebut, Amsal 8:12 berbunyi “Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan.” Berdasarkan hasil interpretasi mereka, mereka menyimpulkan bahwa kata “hikmat” merupakan simbolisasi dari Yesus Kristus.

Hal ini jelas merupakan kekeliruan yang sangat fatal karena jika mereka melakukan studi kata-kata, jelas-jelas Yesus Kristus tidak pernah disimbolisasi dengan kata “hikmat”. Yesus Kristus memang disimbolisasi dengan kata “Firman” tetapi makna kata “hikmat” dan kata “Firman” jelas sangat jauh berbeda.

Selain itu, jika mereka melakukan studi kata-kata lebih lanjut, mereka pasti akan menemukan bahwa kata “menciptakan” yang digunakan pada ayat 22 itu berbeda dengan kata “menciptakan” di ayat-ayat lainnya di Alkitab Perjanjian Lama. Terjemahan "telah menciptakan aku" dari kata Ibrani “qanani” itu tidak tepat karena kata "menciptakan" biasanya menggunakan kata Ibrani ברא - “bara” atau עשה - “asah”. Kata Ibrani קנה - “qanah” cenderung berarti "membeli" atau "memiliki (posses)".

Selain itu, jika mereka melakukan studi kata-kata yang lebih lanjut, kata “hikmat” pada perikop tersebut dipersonifikasikan dalam bentuk feminin. Hal ini jelas berbeda dengan Yesus Kristus yang selalu menggunakan kata-kata yang dipersonifikasikan dalam bentuk maskulin.

Hal yang juga mereka lupakan adalah bentuk teks dari perikop tersebut adalah sebuah teks sastra yang ditujukan untuk pengajaran. Seharusnya mereka juga melakukan metode hermeneutik analisis sastra.

Jika mereka melakukan metode hermeneutik analisis sastra, mereka akan menjumpai bahwa sebagian besar isi dalam kata-kata dalam perikop tersebut adalah sebuah gaya bahasa sastra yang kebanyakan tidak mengandung arti secara harafiah.

Ajaran Saksi Yehuwa mengenai kristologi sesungguhnya sudah berada pada arah yang tepat. Namun, oleh karena kekeliruan dalam beberapa metode hermeneutik yang mereka lakukan, mengakibatkan ajaran mereka menyimpang begitu jauh dari konsep yang sesungguhnya di dalam Alkitab.

Hal yang harus dilakukan dalam menangani ajaran Saksi Yehuwa adalah pembekalan metode-metode hermeneutik yang praktis, hemat waktu, dan mudah dilakukan bagi para jemaat awam. Hal ini penting dilakukan agar mereka tidak mudah digoncangkan oleh ajaran-ajaran yang keliru, seperti ajaran Saksi Yehuwa ini. Amin.

Salam kebenaran,

Bagas Karyadi, M.Th.

Catatan:
  • Jika ada pertanyaan, silahkan langsung berdiskusi dengan saya lewat Instagram. Ayo ikuti Instagram saya, klik di sini!
  • Jika Anda merasa diberkati, silahkan bagikan renungan ini agar dapat memberkati lebih banyak orang.

3 Responses to "Saksi Yehuwa Ajaran Sesat, Inilah 2 Kekeliruan Ajaran Mereka!"

Unknown said...

terima kasih Pak Bagas. Keren Pak!

Unknown said...

Terima kasih Pak Bagas. Keren Pak!

Anonymous said...

"Jika mereka melakukan metode hermeneutik analisis sastra, mereka akan menjumpai bahwa sebagian besar isi dalam kata-kata dalam perikop tersebut adalah sebuah gaya bahasa sastra yang kebanyakan tidak mengandung arti secara harafiah." Maaf Pak Bagas, Terus kalau tidak banyak arti harafiah, mengapa kata - kata tadi amsih dipakai? Mau menunjukkan apa sebenarnya?