-->
Bagas Karyadi

Pagar Pembatas dari Tuhan

PAGAR PEMBATAS DARI TUHAN

Ayah saya memiliki seekor anjing ras bernama Boni. Boni adalah seekor anjing yang sangat jinak. Ketika saya sedang makan berdekatan dengannya, ia tidak akan pernah mengganggu dengan meminta-minta makanan yang sedang saya makan. Ia sangat jarang menggonggong. Ia buang air kecil dan air besar pada tempatnya. Boni adalah seekor anjing yang sangat baik dan sangat memuaskan pemeliharanya. Oleh karena itu, kami sekeluarga sangat menyayangi Boni.

Kemudian, ayah saya memungut seekor anjing kampung dan diberi nama Neli. Neli adalah seekor anjing kampung yang sangat aktif. Ia sangat mengganggu orang yang sedang makan di dekatnya karena ia selalu meminta-minta makanan. Ia sangat sering menggonggong. Suara gonggongannya sangat mengganggu saya dan tetangga sekitar. Ia buang air kecil dan air besar di mana pun ia mau. Parahnya, ia sangat sering buang air kecil di dalam ruangan rumah. Neli ternyata masih terlalu liar untuk menjadi anjing peliharaan. Hal ini membuat Neli tidak diizinkan untuk memasuki ruangan rumah. Terkadang, Neli harus diikat agar tidak berlari ke mana-mana dan membuat kotor ruangan rumah. Terkadang, Neli harus tidur malam di luar rumah. Hal ini terjadi karena perilakunya yang masih liar. Neli ternyata adalah seekor anjing yang belum terlalu memuaskan pemeliharanya.

Mengapa Neli mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan Boni? Ayah saya membatasi perilaku Neli agar ia tidak memperagakan perilaku yang liar dan tidak diharapkan. Saudaraku, apa pelajaran yang bisa kita ambil dari kedua perilaku anjing ayah saya ini? Saya tidak bermaksud menganalogikan kita semua dengan hewan ini. Namun, saya mau mengajak Anda untuk memetik pelajaran berharga darinya.

Ibrani 12:6-7 (BIMK)
“Sebab Tuhan menghajar setiap orang yang dikasihi-Nya, dan Ia mencambuk setiap orang yang diakui-Nya sebagai anak-Nya. Hendaklah kalian menerima cambukan dari Allah sebagai suatu hajaran dari seorang bapak. Sebab apakah pernah seorang anak tidak dihukum oleh bapaknya?”

Tuhan pun akan membatasi perilaku kita yang masih liar. Banyak di antara kita yang masih hidup suka-suka sendiri. Itulah perilaku liar yang selalu kita peragakan sehari-hari. Terkadang, Tuhan memang harus membangun pagar-pagar pembatas bagi kita agar kita tidak berperilaku liar. Misalnya, Tuhan belum mengizinkan kita untuk menjadi orang yang berpenghasilan besar. Mungkin, kita akan melakukan hal-hal liar yang menyakiti hati-Nya jika kita memiliki penghasilan besar.

Saudaraku, sebenarnya ini bukan cambukan dari Tuhan, melainkan hanya pagar pembatas. Namun, jika pagar pembatas ini tidak membuat kita berubah, Tuhan pun akan menghajar kita dengan keras. Jadi berubahlah selagi Tuhan masih membangun pagar-pagar pembatas dalam hidup kita! Jangan tunggu Tuhan hajar kita!


Dengan demikian, pagar-pagar pembatas yang Tuhan bangun dalam hidup kita tidak boleh kita anggap sebagai bencana atau nasib buruk. Mari belajar tunduk pada pemerintahan Tuhan dan nikmatilah pagar-pagar pembatas itu! Tuhan sedang menjinakkan perilaku kita yang masih liar. Amin.

Salam kebenaran,

Bagas Karyadi
08999778895

Catatan:
Doa dan harapan saya, renungan ini dan renungan-renungan berikutnya benar-benar membuat kehidupan rohani kita semakin bertumbuh menuju Kristus. Ikuti terus Renungan Harian Kristen yang Nyentrik dan Radikal berikutnya melalui Facebook atau Twitter!


1 Response to "Pagar Pembatas dari Tuhan"