-->
Bagas Karyadi

Antrian menuju Kematian

Saya merenungi lirik lagu yang sering dinyanyikan ketika saya berulang tahun, “panjang umurnya, panjang umurnya”. Mereka mengharapkan supaya saya memiliki umur yang semakin panjang. Ternyata, lirik lagu itu merupakan sebuah seruan untuk membantah fakta hidup ini.

Mengapa demikian? Ketika saya berulang tahun, saya menyadari bahwa sisa umur saya semakin pendek, bukan semakin panjang. Lalu, mereka berseru, “panjang umurnya, panjang umurnya”. Hal ini menunjukkan bahwa mereka ingin membantah semakin pendeknya sisa umur saya. Artinya, mereka menginginkan saya untuk menjauhi hari kematian saya.

Mazmur 90:12
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”

Saudaraku, kita semua sedang berada di antrian menuju kematian. Kita harus menyadari fakta ini. Jika kita benar-benar menghitung setiap hari yang telah kita lalui dalam hidup ini, kita akan tahu bahwa setiap hari hidup kita sesungguhnya mengerjakan suatu hal yang nilainya abadi. Setiap hari yang telah kita lalui benar-benar menentukan nasib abadi kita. Setiap hari hidup kita menentukan apakah kita akan hidup selama-lamanya dalam kenikmatan atau hidup selama-lamanya dalam penderitaan. Jika kita menyadari hal ini, kita pasti akan menggunakan setiap hari, jam, menit, bahkan setiap detik hidup kita dengan sangat bijaksana. Mari investasikan setiap detik hidup kita untuk hal-hal yang bersifat abadi! Amin.

Salam kasih,

Bagas Karyadi
Facebook: www.fb.com/BagasKaryadi
Twitter: www.twitter.com/BagasKaryadi
SMS/WA: 087871110565